Rabu, 15 Mei 2013

TEORI PSIKOANALISIS


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                  Psikoanalisis sampai saaat ini dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.
                  Ada tiga orang yang dianggap sangat berpengaruh tehadap pemikiran Freud selanjutnya, yaitu: Franz Anton Mesmer, menemukan teori mesmerisme yang selanjutnya oleh James Braid diistilahkan sebagai hipnotisme, Philippe Pinel, yang mengubah jalan pemikiran kita terhadap penyakit mental dan bagaimana memperlakukannya, dan yang terakhir adalah Jean-Martin Charcot, yang sering dianggap sebagai bapak neurologi.

B.    Tujuan
Makalah ini di susun bertujuan untuk :
1.      Agar mahasiswa memahami bagaimana pendekatan konseling Psikoanalisa itu d terapkan .
2.      Agar mahasiswa dapat menganalisa pendektan konseling analisa oleh sigmund freud , jika di bandingkan dengan pendekatan lainnya.
3.      Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana psikoanalisa dapat menyelesaikan masalah.






BAB II
PEMBAHASAN TEORI PSIKOANALISIS

I.                   KONSEP DASAR PSIKOANALISA
            Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi, berorientasi untuk berusaha  membantu  individu untuk mengatasi ketegangan psikis  yang bersumber  pada  rasa  cemas dan rasa terancam yang berlebih-lebihan  (anxiety). Menurut pandangan  Freud, setiap  manusia didorong oleh kekuatan-kekuatan irasional di dalam dirinya sendiri, oleh motif-motif yang tidak disadari dan oleh kebutuhan-kebutuhan  alamiah yang  bersifat biologis dan naluri.
            Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisis jelas terkait dengan tradisi Jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah wujud yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya tertuju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisa dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud (1896).

II.               SEJARAH PERKEMBANGAN
            Dimulai dari suatu metode penyembuhan penderita sakit jiwa, hingga menjadi sebuah gagasan baru tentang manusia, psikoanalisis dianggap salah satu gerakan revolusioner dalam bidang psikologi. Peletak dasar teori ini adalah Sigmund Shlomo Freud yang dilahirkan di Moravia, Cekoslovakia pada tanggal 6 mei 1856, pada usia 4 tahun bersama keluarganya Freud pindah ke Wina, Austria. Kondisi politik Austria saat itu membatasi ruang geraknya untuk bisa meneruskan cita-citanya kuliah di fakultas hukum, sehingga Freud memutuskan untuk mengambil jurusan kedokteran, dan pada usia 25 tahun dia telah lulus dan bekerja di sebuah rumah sakit di kota Wina. Di sini Freud bertemu dengan seorang dokter dokter spesialis syaraf bernama Josef Breuer,  yang sedang merawat seorang pasien dengan gejala-gejala histeria bernama Bertha Pappenheim.
            Pada tahun 1885 Freud mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Paris selama 4 bulan dan bertemu dengan Jean Charchot, seorang ahli syaraf dan hipnotis berkebangsaan Jerman. Dari beliau, Freud belajar tentang penggunaan hipnotis untuk menyembuhkan gejala-gejala histeria.
            Sepulangnya dari Paris, di Wina Freud kembali bekerja sama dengan Breuer dan menghasilkan sebuah buku yang sangat terkenal Studies of Hysteria (Freud & Breuer, 1895).
            Buku ini kemudian menjadi dasar bagi penelitian-penelitian Freud selanjutnya, beliau pertama kali memperkenalkan istilah psikoanalisa pada tahun 1896. Tulisan-tulisan Freud berikutnya pada periode tahun 1890-an banyak membahas tentang pentingnya peningkatan kesadaran individu tentang kehidupan seksualitasnya. Menurut Freud gejala-gejala histeria dan neurosis disebabkan oleh pengalaman seksual yang traumatis pada masa kecil.
            Freud melakukan penelitian dan ditulis dalam karya terbesar Freud yaitu Interpretation of Dreams, yang diselesaikannya pad tahun 1899, berisi tentang konsep bahwa mimpi merefleksikan harapan-harapan yang ditekan, dan bahwa proses mental dan fisik itu saling berhubungan satu sama lain, sebuah konsep yang saat itu banyak mendapatkan penolakan dari masyarakat luas
            Seiring dengan penolakan tersebut, respon positif mulai berdatangan dari beberapa simpatisan, dimulai dengan mengadakan forum the Wednesday Psychological Society (1902) hingga menjadi the Vienna Psychoanalytic Society (1908). Pada tahun-tahun itu Fr eud juga menjadi semakin produktif dalam menulis, beberapa buku berhasil diterbitkannya antara lain : the Psychopathology of Everyday Life (1901), Three Essays on Sexuality (1905), dan Jokes and Their Relation to the Unconscious (1905). Sebuah peristiwa penting yang akhirnya memberikan pengakuan terhadap psikoanalisa dan membawanya ke Amerika adalah undangan dari Stanley Hall untuk memberikan kuliah umum di Clark University di Worcester, Massachusetts pada tahun 1909. Setelah itu perhatian dunia semakin besar terhadap teori Psikoanalisa, ditambah dengan terbitnya buku penting Freud yang lain seperti Introductory Lectures on Psycho-Analysis (1917) dan the Ego and the Id (1923).
            Sigmund Freud terus aktif berkarya hingga maut menjemputnya pada tahun 1939 karena penyakit kanker mulut dan rahang yang telah dideritanya selama 16 tahun terakhir, dan melewati 33 kali operasi. Beliau meninggal dunia di London pada usia 83 tahun dan meninggalkan warisan yang tidak ternilai bagi dunia psikoterapi modern.

III.            HAKIKAT MANUSIA
            Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif.  Menurutnya tujuan segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan melingkar ke arah kematian.
Berdasarkan dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikonalisis tentang hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi :
a.       Pengalaman masa kanak-kanak mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
b.      Proses mental yang tidak disadari mengintegrasi perilaku-perilaku
c.       Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresivitasnya sejak lahir
d.      Secara umum perilaku manusia bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
e.       Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis
f.        Apa yang terjadi pada seseorang saat ini dihubungkan pada sebab-sebab di masa lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang
g.       Latihan pengalaman di masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi dalam transferensi selama proses terapi.


IV.             DINAMIKA KEPRIBADIAN
A.     Insting (instinct)
Pemuasan misalnya insting lapar berasal berasal dari kebutuhan tubuh yang kekurangan nutrisi yang secara jiwani maujud dalam bentuk keinginan makan. Hasrat atau motivasi atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan energi dari kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seorang merupakan energi yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian . Freud membagi insting menjadi dua jenis yaitu:
1)     Insting Hidup dan Insting Seks
Freud mengajukan dua kategori umum, instng hidup (life instinct) dan insting mati (death instinct) insting hidup disebut juga eros adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup disebut libido. Menurut insting seks bukan hanya berkenaan dengan kenikmatan organ seksual tetapi berhubungan dengan kepuasan yang diperoleh dari bagian tubuh lainnya yang dinamakan daerah erogen (erogenous zone); suatu daerah atau baguan tubuh yang peka dan perangsangan pada daerah itu akan menimbulkan kepuasan dan menghilangkan ketegangan.
2)     Insting Mati
Menurut Freud tujuan semua kehidupan adalah kematian, dorongan agresif (aggressive drive) adalah derivatif insting mati yang terpenting.
Insting mati mendorong seseorang untuk merusak dirinya sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri (suicide).



B.     Struktur Kepribadian
Menurut pandangan Psikoanalisis, struktur kepribadian manusia tersusun secara struktural, dimana terdapat subsistem yang berinteraksi secara dinamis, yaitu id, ego, dan superego.
a)     Id, atau biasa disebut struktur kepribadian primitif adalah sistem kepribadian yang dimiliki individu sejak lahir, yang dihubungkan dengan faktor biologis dan hereditas. Digerakkan oleh libido,  yaitu energi psikis untuk dapat beradaptasi secara fisiologis dan sosial untuk mempertahankan dan mengembangkan spesiesnya. Prinsip kerjanya selalu mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan. Tempatnya ada pada alam bawah sadar dan secara langsung berpengaruh terhadap perilaku seseorang tanpa disadari.
Menurut Freud terdapat dua insting dasar dalam Id, yaitu Eros dan Thanatos. Eros merupakan insting untuk bertahan hidup, dengan libido sebagai dorongan utama. Sedangkan Thanatos merupakan insting yang mendorong individu untuk berperilaku agresif dan destruktif.
Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Seperti yang ditegaskan oleh A. Supratika, bahwa aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer.
b)     Ego, adalah strukutur kepribadian yang tidak diperoleh saat lahir, tetapi dipelajari sepanjang berinteraksi dengan lingkungannya. Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan, merupakan eksekutif dari struktur kepribadian yang bertugas memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ego mempunyai tugas sebagai “penengah” antara dorongan-dorongan biologis (Id) dan tuntutan atau hati nurani yang terbentuk dari orang tua, budaya, dan tradisi (superego). Ego bertindak realistis dan berfikir logis dalam merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan. Hubungan antara ego dengan id, adalah bahwa ego adalah tempat bersemayamnya inteligensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls buta id, sementara id hanya mengenal kenyataan yang subyektif.
Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super- ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego
c)      Superego, adalah struktur kepribadian yang berhubungan dengan tindakan baik-buruk, benar-salah. Superego dikembangkan dari kebudayaan dan nilai sosial, terbentuk karena adanya interaksi dengan orang tua dan masyarakat, merepresentasikan hal-hal yang ideal, dan mendorong individu kepada kesempurnaan, bukan kesenangan semata. Dapat dikatakan superego merupakan kata hati seseorang dan sebagai alat kontrol dari dalam individu untuk menentang kehendak Id. Tempatnya pada alam sadar dan terbentuk sejak kanak-kanak lalu terus berkembang hingga dewasa. superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.
Sehingga menurut Freud,  struktur kepribadian merupakan sistem yang kompleks, karena adanya interaksi antara tuntutan Id, dunia realitas yang dimiliki Ego dan harapan moral Superego.

C.      Kecemasan (anxiety)
Kecemasan adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian dari kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai dinamika kepribadian yang utama,
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptasi yang sesuai. Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Freud dalam Alwisol, (2007: 27) mengemukakan tiga jenis kecemasan: yaitu realitic anxiety, neurotic anxiety, dan moral anxiety.
Kecemasan realistik adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan realistik ini akanmenjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima jadi masih bersifat khayalan, sedangkan kecemasan moral timbul ketika orang standar nilai dari norma yang ada. Kecemasan moral dan kecemasan neurik tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip yakni; tingkat kontrol ego, pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalah berkat energi super ego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang dalam keadaan distres, terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas dengan energi id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan antara khayalan dengan realita.

D.     Mekanisme Pertahanan Diri
Fungsi utama psikodinamik kecemasan adalah membantu individu menolak impuls yang dikehendaki masuk kesadaran, dan memberi kepuasan kepada impuls itu secara tidak langsung. Bagi Freud, mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan super ego. Freud membagi defense menjadi beberapa mekanisme, namun menurut freud, jarang ada orang yang memakai hanya satu mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari kecemasan, umumnya orang memakai beberapa mekanisme pertahanan. Adapun mekanisme tersebut adalah sebagai berikut:
1)     Identifikasi (identification)
Identifikasi adalah cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya.
2)     Pemindahan/Reaksi promi(Displacement/Reactions Compromise)
Pemindahan adalah manakala objek kataksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapat dicapai karena tekanan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis), insting itu direpres kembali ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan energi dari objek satu keobjek yang lain sampai ditemukan yang dapat meredupsi tegangan.
3)     Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathaxes untuk menekan segala sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.
4)     Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan moral pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutan sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yangterlalu kuat, sedangkan regresi adalah mundur ketahap perkembangan yang dahulu di mana dia merasa puas di sana.
5)     Pembentukan reaksi (Reaction Formation)
Pembentukan adalah tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran.
6)     Pembalikan (Revarsal)
Pembalikan adalah mengubah status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keingginan perasaan dari impuls yang menimbulkan kecemasan menjadi ke arah diri sendiri.
7)     Projection (Projection)
Projection adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/moral menjadai kecemasan realistik dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke objek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu diprojeksi dari objek eksternal diri orang itu sendiri.
8)     Reaksi Agresi (Agressive Reaction)
Reaksi adalah dimana ego memanfaatkan drive agesif untuk menyerang objek yang menimbulkan frustasi.
9)     Intelektualisasi (Intelektualization)
Intelektualisasi adalah di mana ego menggunakan logika rasional untuk menerima ketaksis objek sebagai realitas yang cocok dengan impuls asli.
10)Penolakan (Escaping-Avoiding)
Penolakan adalah melarikan diri atau menghindar atau menolak stimulus eksternal secara fisik agar emosi yang tidak menyenangkan tidak timbul.
11)Pengingkaran (negation)
Pengingkaran adalah impuls-impuls yang direspon diekspresikan alam bentuk yang negatif, semacan deniel terhadap impuls/drive, impuls-id yang menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan memikirkan hal itu tidak ada.
12)Penahanan diri (ego restraction)
Penahanan adalah suatu keadaan yang menolak usaha berprestasi, dengan menganggap situasi yang melibatkan usaha itu tidak ada, karena cemas kalau-kalau hasilnya buruk atau negatif.

E.      Sehat dan bermasalah
Manusia yang memiliki kepribadian sehat menurut pandangan psikoanalisa antara lain:
a.       Orang yang bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah
b.      Dapat mengatasi kecemasan dan tekanan yang ada dalam hidupnya
c.       Kinerja yang seimbang antara id, ego dan super ego
d.      Pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anak-anak yang traumatis
e.       Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
Sedangkan manusia yang memiliki kepribadian yang menyimpang atau tidak sehat menurut psikoanalisa antara lain:
a)     Individu bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan
b)     Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
c)      Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif
d)     Masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi atau proses belajar yang tidak benar pada masa anak-anak
e)     Adanya dinamika yang tidak efektif antar super ego.

V.                HAKIKAT KONSELING
            Secara umum hakikat konseling adalah mengubah perilaku. Dalam pendekatan psikonanalisis hakikat konseling adalah agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id dan Superego. Konseling dalam pandangan psikoanalisis adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih realistik dan rasional.Konseling pada prosesnya untuk membantu individu menyadari ketidak sadaran. Proses konseling berarti perubahan dari ketidak sadaran menuju kesadaran.

VI.              TAHAP PERKEMBANGAN
Freud juga mengungkapkan bahwa terdapat 5 tahapan penting bagi seorang anak. Tahapan – tahapan tersebut adalah :
1.      Tahap oral yang berlangsung dari usia 0 sampai 18 bulan, dimana pada tahap ini titik kenikmatan terletak pada mulut. Dimana makan, minum, dan menelan merupakan aktivitas yang menjadi sumber kenikmatan. Kenikmatan diperoleh dari rangsangan terhadap bibir, rongga mulut serta kerongkongan.
Kenikmatan pada tahap ini dipandang sebagai gambaran dari bermacam sifat pada masa yang akan datang. Kepuasan yang berlebihan pada tahap oral akan membentuk oral incorporation personality pada masa dewasa.
Oral incorporation personality adalah suatu kepribadian dimana seseorang senang untuk mengumpulkan pengetahuan atau harta benda. Bisa juga digambarkan sebagai seseorang yang gampang ditipu serta mudah menelan perkataan orang lain. Sebaliknya, ketidakpuasan pada tahap oral akan menyebabkan oral aggression personality yang dapat ditandai dengan kesenangan berdebat dan sikap sarkastik. Kebiasaan merokok, menggigit pensil, mengunyah permen karet, menggunjing atau berkata – kata kotor merupakan. dampak dari ketidakpuasan tahap oral.
2.      Tahap anal yang berlangsung dari usia 18 bulan hingga 3 atau 4 tahun, dimana pada tahap ini titik kenikmatan terletak pada anus. Sepanjang tahap anal, bagaimana orangtua mengajarkan toilet training menjadi sebuah gambaran bagaimana masa depan anak dan hal ini berkaitan dengan perkembangan kepribadian anak. Jika ibu terlampau keras, anak akan menahan feses dan mengalami sembelit. Ini merupakan gambaran tingkahlaku keras kepala dan kikir atau bisa disebut anal retentiveness personality. Sebaliknya jika ibu tidak mengajarkan toilet training maka akan muncul sifat ketidakteraturan, destruktif, semaunya sendiri dan kejam (anal expulsiveness personality).
Apabila ibu membimbing dengan kasih sayang dan memuji kalau anak melakukan toilet training, anak akan mendapat pengertian bahwa mengeluarkan feses adalah aktivitas yang penting, gambaran dari sifat kreatif dan produktif.
3.      Tahap phallic, alat kelamin merupakan daerah terpenting. Dan masturbasi merupakan aktivitas yang paling nikmat. Tahap phallic berlangsung antara usia 3 sampai 5, 6, atau 7 tahun. Pada tahap phallic juga muncul Oedipus complex, yang diikuti castration anxiety (kecemasan akan dikebiri pada anak laki-laki) dan penis envy (kecemburuan pada penis pada anak perempuan).
Oedipus sendiri adalah kateksis obyek seksual kepada orangtua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orangtua sejenis. Anak laki-laki ingin menyingkirkan ayahnya dan mendapatkan ibunya, dan begitu juga sebaliknya.
4.      Tahap laten berlangsung dari usia 5, 6, atau 7 tahun sampai dengan usia pubertas (sekitar 12 tahun). Pada tahap ini Freud yakin bahwa rangsangan seksual ditekan dengan sedemikian rupa demi proses belajar. Pada tahap ini, anak mengganti kepuasan libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya bidang atletik, intelektual, ketrampilan dan hubungan teman sebaya.
5.      Tahap genital dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangatlah jelas terlihat pada diri remaja. Fase ini berlanjut hingga seseorang mati.

VII.         KONDISI PENGUBAHAN
A.     Tujuan
Tujuan konseling psikoanalisis adalah membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar dalam diri klien (Corey, 1977, p. 38). Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian dasar. Konseling psikoanalisa menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidak sadaran untuk membuat yang tidak disadari menjadi disadari. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri sehingga memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini gagal diatasinya.
B.     Sikap, peran dan tugas konselor
Karakteristik konselor dalam psikoanalisa adalah membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya kepada konseli. Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis, serta dalam rangka memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya yang impulsif dan irasional.
Konselor  membangun hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor juga memberikan perhatian kepada resistensi konseli untuk mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
Sementara konseli berbicara, konselor berperan mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran-tafsiran terhadap informasi konseli, konselor juga harus peka terhadap isyarat-isyarat non verbal dari konseli. Salah satu fungsi utama konselor adalah mengajarkan proses arti proses kepada konseli agar mendapatkan pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah, sehingga konseli mampu mendaptakan kendali yang lebih rasional atas hidupnya sendiri.
C.      Sikap, peran dan tugas konseli
Konseli harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif, dan melakukan asosiasi bebas dengan mengatakan segala sesuatu yang terlintas dalam pikirannya, karena produksi verbal konseli merupakan esensi dari kegiatan konseling psikoanalisa. Pada kasus-kasus tertentu konseli diminta secara khusus untuk tidak mengubah gaya hidupnya selama proses konseling. Dalam pelaksanaan konseling psikoanalisis, klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.
D.     Situasi Hubungan
Dalam konseling psikoanalisis terdapat 3 bagian hubungan konselor dengan klien, yaitu aliansi, transferensi, dan kontratransferensi .
a)     Aliansi  yaitu  sikap klien kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling).
b)     Transferensi, pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya terhadap orang-orang yang menguasainya, yang ditujukan kepada konselor, merupakan bagian dari hubungan yang sangat penting untuk dianalisis, membantu klien untuk mencapai pemahaman tentang  bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,  menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
c)      Kontratransferensi, Yaitu kondisi dimana konselor mengembangkan pandangan-pandangan yang tidak selaras dan berasal dari konflik-konfliknya sendiri. Kontratransferensi bisa terdiri dari perasaan tidak suka, atau justru keterikatan atau  keterlibatan yang berlebihan, kondisi ini dapat menghambat kemajuan proses konseling karena konselor akan lebih terfokus pada masalahnya sendiri. Konselor harus menyadari perasaaannya terhadap klien dan mencegah pengaruhnya yang bisa merusak. Konselor diharapkan untuk bersikap relatif obyektif dalam menerima kemarahan, cinta, bujukan, kritik, dan emosi-emosi kuat lainnya dari konseli.

VIII.      MEKANISME PENGUBAHAN
A.    Tahap – tahap konseling
Secara sistematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti berikut ini:
1.            Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
2.            Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi.
3.            Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya.
4.            Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
5.            Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
6.            Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
7.            Menutup wawancara konseling.
B.     Teknik- teknik konseling
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu:
a.       Asosiasi Bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikirannya sehari-hari, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
b.      Interpretasi
Yaitu teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
c.       Analisis Mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
d.      Analisis Resistensi
Analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
e.       Analisis Transferensi
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama hidupnya.

IX.             KELEMAHAN DAN KELEBIHAN PENDEKATAN PSIKONALISA
1)     Kelemahan dari pendekatan ini adalah:
1.            Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
2.            Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh  masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah  tanggung jawab individu berkurang.
3.            Cenderung meminimalkan rasionalitas.
4.            Kurang efisien dari segi waktu dan biaya
2)     Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
1.            Penggunaan terapi wicara
2.            Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan penderitaan manusia.
3.            Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
4.            Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah laku serta untuk memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.

BAB III
PENUTUP

I.          Kesimpulan
               Dalam proses perkembangan seorang manusia maka konflik akan selalu terjadi antara Id dan Superego, sedangkan Ego selalu berada diantaranya. Ketiga Ego secara spontan didorong Id memenuhi keinginan-keinginannya, maka superego akan menegur apabila pemenuhan dorongan itu tidak tepat, bahkan akan menuduh setiap dorongan yang arahnya kurang tepat. Ego yang akan menerima siksaan dari Superego terhadap suatu dorongan dari Id yang tidak baik dan apabila kekuatan Superego lebih besar, Ego bukan saja tidak melakukannya tetapi akan menutup dan menggesernya serta menyembunyikan dorongan tadi. Konflik akan selalu muncul dari intink-instink yang tidak terekendali dari Id dengan larangan-larangan moralis dari Superego.
               Apabila Superego dominan maka seseorang akan mengembangkan sikap bersalah, penuh dosa yang akan nampak dalam perilakunya yang moralis, alim dan saleh. Sehingga segala sesuatunya diukur dengan hukum-hukum moralitas, sehingga akan terus berkembang rasa berdosa atau bersalah pada dirinya. Sedangkan dominasi Id akan membentuk seseorang menjadi narsistis, egois, individualistis yang hanya akan mementingkan dirinya tanpa melihat kepentingan orang lain. Dalam keadaan Id superior dengan Ego dan Superego lemah, maka dorongan-dorongan instink biologis itu tidak terkendali akan membentuk orang menjadi seseorang yang egosentris dan selalu memaksakan kehendak atau keinginannya sendiri. Sikapnya menjadi sewenang-wenang, yang diketahuinya hanyalah bagaimana mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan tidak segan-segan merugikan orang lain. Sikap anti-sosial ini juga disebabkan ketiadaan nilai-nilai moral dalam memenuhi keinginannya untuk memperoleh kesenangan-kesenangan pribadi. Ego akan berhadapan dengan kecondongan-kecondongan spontan dari lapisan Id dan dari tuntutan-tuntutan Superego. Ego harus mengambil sikap, dan apabila seseorang memiliki Ego lemah, ia akan memenuhi setiap keinginan-keinginan spontan

4 komentar: