BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Psikoanalisis sampai saaat ini
dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang
dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma
menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisis
menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh
motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan
pembuat peta ketidaksadaran manusia.
Ada tiga orang yang dianggap
sangat berpengaruh tehadap pemikiran Freud selanjutnya, yaitu: Franz Anton
Mesmer, menemukan teori mesmerisme yang selanjutnya oleh James Braid
diistilahkan sebagai hipnotisme, Philippe Pinel, yang mengubah
jalan pemikiran kita terhadap penyakit mental dan bagaimana memperlakukannya,
dan yang terakhir adalah Jean-Martin Charcot, yang sering dianggap
sebagai bapak neurologi.
B.
Tujuan
Makalah
ini di susun bertujuan untuk :
1.
Agar mahasiswa memahami
bagaimana pendekatan konseling Psikoanalisa itu d terapkan .
2.
Agar mahasiswa dapat
menganalisa pendektan konseling analisa oleh sigmund freud , jika di bandingkan
dengan pendekatan lainnya.
3.
Agar mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana psikoanalisa dapat menyelesaikan masalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
TEORI PSIKOANALISIS
I.
KONSEP
DASAR PSIKOANALISA
Psikoanalisis adalah sebuah model
perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode
psikoterapi, berorientasi untuk berusaha membantu individu untuk
mengatasi ketegangan psikis yang bersumber pada rasa
cemas dan rasa terancam yang berlebih-lebihan (anxiety). Menurut
pandangan Freud, setiap manusia didorong oleh kekuatan-kekuatan
irasional di dalam dirinya sendiri, oleh motif-motif yang tidak disadari dan
oleh kebutuhan-kebutuhan alamiah yang bersifat biologis dan naluri.
Psikoanalisis merupakan suatu metode
penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisis
jelas terkait dengan tradisi Jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah wujud
yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Psikoanalisis merupakan
psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya tertuju kearah bidang motivasi, emosi,
konflik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisa dahulu lahir bukan
dari psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa.
Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud (1896).
II.
SEJARAH
PERKEMBANGAN
Dimulai dari suatu metode
penyembuhan penderita sakit jiwa, hingga menjadi sebuah gagasan baru tentang
manusia, psikoanalisis dianggap salah satu gerakan revolusioner dalam bidang
psikologi. Peletak dasar teori ini adalah Sigmund Shlomo Freud yang dilahirkan
di Moravia, Cekoslovakia pada tanggal 6 mei 1856, pada usia 4 tahun bersama
keluarganya Freud pindah ke Wina, Austria. Kondisi politik Austria saat itu
membatasi ruang geraknya untuk bisa meneruskan cita-citanya kuliah di fakultas
hukum, sehingga Freud memutuskan untuk mengambil jurusan kedokteran, dan pada
usia 25 tahun dia telah lulus dan bekerja di sebuah rumah sakit di kota Wina.
Di sini Freud bertemu dengan seorang dokter dokter spesialis syaraf bernama
Josef Breuer, yang sedang merawat seorang pasien dengan gejala-gejala
histeria bernama Bertha Pappenheim.
Pada tahun 1885 Freud mendapatkan
kesempatan untuk pergi ke Paris selama 4 bulan dan bertemu dengan Jean
Charchot, seorang ahli syaraf dan hipnotis berkebangsaan Jerman. Dari beliau,
Freud belajar tentang penggunaan hipnotis untuk menyembuhkan gejala-gejala
histeria.
Sepulangnya dari Paris, di Wina
Freud kembali bekerja sama dengan Breuer dan menghasilkan sebuah buku yang
sangat terkenal Studies of Hysteria (Freud & Breuer, 1895).
Buku ini kemudian menjadi dasar bagi
penelitian-penelitian Freud selanjutnya, beliau pertama kali memperkenalkan
istilah psikoanalisa pada tahun 1896. Tulisan-tulisan Freud berikutnya pada
periode tahun 1890-an banyak membahas tentang pentingnya peningkatan kesadaran
individu tentang kehidupan seksualitasnya. Menurut Freud gejala-gejala histeria
dan neurosis disebabkan oleh pengalaman seksual yang traumatis pada masa kecil.
Freud melakukan penelitian dan
ditulis dalam karya terbesar Freud yaitu Interpretation of Dreams, yang
diselesaikannya pad tahun 1899, berisi tentang konsep bahwa mimpi merefleksikan
harapan-harapan yang ditekan, dan bahwa proses mental dan fisik itu saling
berhubungan satu sama lain, sebuah konsep yang saat itu banyak mendapatkan
penolakan dari masyarakat luas
Seiring dengan penolakan tersebut,
respon positif mulai berdatangan dari beberapa simpatisan, dimulai dengan
mengadakan forum the Wednesday Psychological Society (1902) hingga
menjadi the Vienna Psychoanalytic Society (1908). Pada tahun-tahun itu
Fr eud juga menjadi semakin produktif dalam menulis, beberapa buku berhasil
diterbitkannya antara lain : the Psychopathology of Everyday Life
(1901), Three Essays on Sexuality (1905), dan Jokes and Their
Relation to the Unconscious (1905). Sebuah peristiwa penting yang akhirnya
memberikan pengakuan terhadap psikoanalisa dan membawanya ke Amerika adalah
undangan dari Stanley Hall untuk memberikan kuliah umum di Clark University di
Worcester, Massachusetts pada tahun 1909. Setelah itu perhatian dunia semakin
besar terhadap teori Psikoanalisa, ditambah dengan terbitnya buku penting Freud
yang lain seperti Introductory Lectures on Psycho-Analysis (1917) dan the
Ego and the Id (1923).
Sigmund Freud terus aktif berkarya
hingga maut menjemputnya pada tahun 1939 karena penyakit kanker mulut dan
rahang yang telah dideritanya selama 16 tahun terakhir, dan melewati 33 kali
operasi. Beliau meninggal dunia di London pada usia 83 tahun dan meninggalkan
warisan yang tidak ternilai bagi dunia psikoterapi modern.
III.
HAKIKAT
MANUSIA
Freud memandang sifat manusia pada
dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik, dan reduksionistik. Di
mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi
tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah,
dan oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama
dari kehidupan. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan
biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan segenap kehidupan adalah
kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan melingkar ke arah kematian.
Berdasarkan
dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikonalisis tentang
hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi :
a.
Pengalaman masa kanak-kanak
mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
b.
Proses mental yang tidak
disadari mengintegrasi perilaku-perilaku
c.
Pada dasarnya manusia memiliki
kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresivitasnya
sejak lahir
d.
Secara umum perilaku manusia
bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
e.
Kegagalan dalam pemenuhan
kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis
f.
Apa yang terjadi pada seseorang
saat ini dihubungkan pada sebab-sebab di masa lampaunya dan memotivasi untuk
mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang
g.
Latihan pengalaman di masa
kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi dalam
transferensi selama proses terapi.
IV.
DINAMIKA
KEPRIBADIAN
A. Insting
(instinct)
Pemuasan misalnya insting lapar berasal berasal
dari kebutuhan tubuh yang kekurangan nutrisi yang secara jiwani maujud dalam
bentuk keinginan makan. Hasrat atau motivasi atau dorongan dari insting secara
kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan energi dari kumpulan energi dari
seluruh insting yang dimiliki seorang merupakan energi yang tersedia untuk
menggerakkan proses kepribadian . Freud membagi insting menjadi dua jenis
yaitu:
1)
Insting Hidup dan Insting Seks
Freud
mengajukan dua kategori umum, instng hidup (life instinct) dan insting mati
(death instinct) insting hidup disebut juga eros adalah dorongan yang menjamin
survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Energi yang dipakai
oleh insting hidup disebut libido. Menurut insting seks bukan hanya berkenaan
dengan kenikmatan organ seksual tetapi berhubungan dengan kepuasan yang
diperoleh dari bagian tubuh lainnya yang dinamakan daerah erogen (erogenous
zone); suatu daerah atau baguan tubuh yang peka dan perangsangan pada daerah
itu akan menimbulkan kepuasan dan menghilangkan ketegangan.
2)
Insting Mati
Menurut
Freud tujuan semua kehidupan adalah kematian, dorongan agresif (aggressive
drive) adalah derivatif insting mati yang terpenting.
Insting
mati mendorong seseorang untuk merusak dirinya sendiri dan dorongan agresif
merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri (suicide).
B. Struktur Kepribadian
Menurut
pandangan Psikoanalisis, struktur kepribadian manusia tersusun secara
struktural, dimana terdapat subsistem yang berinteraksi secara dinamis, yaitu
id, ego, dan superego.
a)
Id, atau
biasa disebut struktur kepribadian primitif adalah sistem kepribadian yang
dimiliki individu sejak lahir, yang dihubungkan dengan faktor biologis dan
hereditas. Digerakkan oleh libido, yaitu energi psikis untuk dapat
beradaptasi secara fisiologis dan sosial untuk mempertahankan dan mengembangkan
spesiesnya. Prinsip kerjanya selalu mencari kesenangan dan menghindari rasa
sakit atau ketidaknyamanan. Tempatnya ada pada alam bawah sadar dan secara
langsung berpengaruh terhadap perilaku seseorang tanpa disadari.
Menurut Freud terdapat dua insting dasar dalam
Id, yaitu Eros dan Thanatos. Eros merupakan
insting untuk bertahan hidup, dengan libido sebagai dorongan utama. Sedangkan Thanatos
merupakan insting yang mendorong individu untuk berperilaku agresif dan
destruktif.
Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil,
dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia
merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id
tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan
kehendaknya. Seperti yang ditegaskan oleh A. Supratika, bahwa aktivitas Id
dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer.
b)
Ego,
adalah strukutur kepribadian yang tidak diperoleh saat lahir, tetapi dipelajari
sepanjang berinteraksi dengan lingkungannya. Ego memiliki kontak dengan dunia
eksternal dari kenyataan, merupakan eksekutif dari struktur kepribadian yang
bertugas memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ego mempunyai tugas sebagai
“penengah” antara dorongan-dorongan biologis (Id) dan tuntutan atau hati nurani
yang terbentuk dari orang tua, budaya, dan tradisi (superego). Ego bertindak
realistis dan berfikir logis dalam merumuskan rencana-rencana tindakan bagi
pemuasan kebutuhan. Hubungan antara ego dengan id, adalah bahwa ego adalah
tempat bersemayamnya inteligensi dan rasionalitas yang mengawasi dan
mengendalikan impuls buta id, sementara id hanya mengenal kenyataan yang
subyektif.
Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang
ada di luar dirinya. Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah,
mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti
“polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super- ego dan dunia
luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia di
sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu
organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan
yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah
kerja ego
c)
Superego,
adalah struktur kepribadian yang berhubungan dengan tindakan baik-buruk,
benar-salah. Superego dikembangkan dari kebudayaan dan nilai sosial, terbentuk
karena adanya interaksi dengan orang tua dan masyarakat, merepresentasikan
hal-hal yang ideal, dan mendorong individu kepada kesempurnaan, bukan
kesenangan semata. Dapat dikatakan superego merupakan kata hati seseorang dan
sebagai alat kontrol dari dalam individu untuk menentang kehendak Id. Tempatnya
pada alam sadar dan terbentuk sejak kanak-kanak lalu terus berkembang hingga
dewasa. superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua
sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan
sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai
dengan norma-norma moral masyarakat.
Sehingga
menurut Freud, struktur kepribadian merupakan sistem yang kompleks,
karena adanya interaksi antara tuntutan Id, dunia realitas yang dimiliki Ego
dan harapan moral Superego.
C. Kecemasan
(anxiety)
Kecemasan adalah variabel penting dari hampir
semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi
bagian dari kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai dinamika
kepribadian yang utama,
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan
reaksi adaptasi yang sesuai. Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap
menghadapi ancaman. Freud dalam Alwisol, (2007: 27) mengemukakan tiga jenis
kecemasan: yaitu realitic anxiety, neurotic anxiety, dan moral anxiety.
Kecemasan realistik adalah takut kepada bahaya
yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan realistik ini akanmenjadi asal muasal
timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral. Kecemasan neurotik adalah
ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima jadi masih bersifat khayalan,
sedangkan kecemasan moral timbul ketika orang standar nilai dari norma yang
ada. Kecemasan moral dan kecemasan neurik tampak mirip, tetapi memiliki
perbedaan prinsip yakni; tingkat kontrol ego, pada kecemasan moral orang tetap
rasional dalam memikirkan masalah berkat energi super ego, sedangkan pada
kecemasan neurotik orang dalam keadaan distres, terkadang panik sehingga mereka
tidak dapat berfikir jelas dengan energi id menghambat penderita kecemasan
neurotik membedakan antara khayalan dengan realita.
D. Mekanisme Pertahanan Diri
Fungsi utama psikodinamik kecemasan adalah
membantu individu menolak impuls yang dikehendaki masuk kesadaran, dan memberi
kepuasan kepada impuls itu secara tidak langsung. Bagi Freud, mekanisme
pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan
ekspresi impuls id serta menentang tekanan super ego. Freud membagi defense
menjadi beberapa mekanisme, namun menurut freud, jarang ada orang yang memakai
hanya satu mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari kecemasan, umumnya
orang memakai beberapa mekanisme pertahanan. Adapun mekanisme tersebut adalah
sebagai berikut:
1)
Identifikasi (identification)
Identifikasi
adalah cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau
mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan
hasratnya dibanding dirinya.
2)
Pemindahan/Reaksi
promi(Displacement/Reactions Compromise)
Pemindahan
adalah manakala objek kataksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapat
dicapai karena tekanan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam
(antikateksis), insting itu direpres kembali ketidaksadaran atau ego menawarkan
kateksis baru, yang berarti pemindahan energi dari objek satu keobjek yang lain
sampai ditemukan yang dapat meredupsi tegangan.
3)
Represi (Repression)
Represi
adalah proses ego memakai kekuatan anticathaxes untuk menekan segala sesuatu
(ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari
kesadaran.
4)
Fiksasi dan Regresi (Fixation
and Regression)
Fiksasi
adalah terhentinya perkembangan moral pada tahap perkembangan tertentu karena
perkembangan lanjutan sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan
yangterlalu kuat, sedangkan regresi adalah mundur ketahap perkembangan yang
dahulu di mana dia merasa puas di sana.
5)
Pembentukan reaksi (Reaction
Formation)
Pembentukan
adalah tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang
menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam
kesadaran.
6)
Pembalikan (Revarsal)
Pembalikan
adalah mengubah status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keingginan
perasaan dari impuls yang menimbulkan kecemasan menjadi ke arah diri sendiri.
7)
Projection (Projection)
Projection
adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/moral menjadai kecemasan realistik
dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke
objek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu diprojeksi dari objek eksternal
diri orang itu sendiri.
8)
Reaksi Agresi (Agressive
Reaction)
Reaksi
adalah dimana ego memanfaatkan drive agesif untuk menyerang objek yang
menimbulkan frustasi.
9)
Intelektualisasi
(Intelektualization)
Intelektualisasi
adalah di mana ego menggunakan logika rasional untuk menerima ketaksis objek
sebagai realitas yang cocok dengan impuls asli.
10)Penolakan
(Escaping-Avoiding)
Penolakan
adalah melarikan diri atau menghindar atau menolak stimulus eksternal secara
fisik agar emosi yang tidak menyenangkan tidak timbul.
11)Pengingkaran
(negation)
Pengingkaran
adalah impuls-impuls yang direspon diekspresikan alam bentuk yang negatif,
semacan deniel terhadap impuls/drive, impuls-id yang menimbulkan ancaman oleh
ego diingkari dengan memikirkan hal itu tidak ada.
12)Penahanan
diri (ego restraction)
Penahanan
adalah suatu keadaan yang menolak usaha berprestasi, dengan menganggap situasi
yang melibatkan usaha itu tidak ada, karena cemas kalau-kalau hasilnya buruk
atau negatif.
E. Sehat dan bermasalah
Manusia yang memiliki kepribadian sehat menurut
pandangan psikoanalisa antara lain:
a.
Orang yang bergerak menurut
pola perkembangan yang ilmiah
b.
Dapat mengatasi kecemasan dan
tekanan yang ada dalam hidupnya
c.
Kinerja yang seimbang antara
id, ego dan super ego
d.
Pada alam pikiran tidak sadar
dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anak-anak yang traumatis
e.
Motif-motif dan konflik tak
sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
Sedangkan
manusia yang memiliki kepribadian yang menyimpang atau tidak sehat menurut
psikoanalisa antara lain:
a)
Individu bersifat egois, tidak
bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan
b)
Manusia sebagai homo valens
dengan berbagai dorongan dan keinginan
c)
Manusia didorong oleh dorongan
seksual agresif
d)
Masalah-masalah kepribadian
berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi atau proses
belajar yang tidak benar pada masa anak-anak
e)
Adanya dinamika yang tidak
efektif antar super ego.
V.
HAKIKAT
KONSELING
Secara umum hakikat konseling adalah
mengubah perilaku. Dalam pendekatan psikonanalisis hakikat konseling adalah
agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego
pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampu memilih secara rasional dan
menjadi mediator antara Id dan Superego. Konseling dalam pandangan
psikoanalisis adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih
realistik dan rasional.Konseling pada
prosesnya untuk membantu individu menyadari ketidak sadaran.
Proses konseling berarti perubahan dari ketidak sadaran menuju kesadaran.
VI.
TAHAP PERKEMBANGAN
Freud
juga mengungkapkan bahwa terdapat 5 tahapan penting bagi seorang anak. Tahapan
– tahapan tersebut adalah :
1.
Tahap oral
yang berlangsung dari usia 0 sampai 18 bulan, dimana pada tahap ini titik
kenikmatan terletak pada mulut. Dimana makan, minum, dan menelan merupakan
aktivitas yang menjadi sumber kenikmatan. Kenikmatan diperoleh dari rangsangan
terhadap bibir, rongga mulut serta kerongkongan.
Kenikmatan pada tahap ini
dipandang sebagai gambaran dari bermacam sifat pada masa yang akan datang.
Kepuasan yang berlebihan pada tahap oral akan membentuk oral incorporation
personality pada masa dewasa.
Oral incorporation personality
adalah suatu kepribadian dimana seseorang senang untuk mengumpulkan pengetahuan
atau harta benda. Bisa juga digambarkan sebagai seseorang yang gampang ditipu
serta mudah menelan perkataan orang lain. Sebaliknya, ketidakpuasan pada tahap oral akan menyebabkan oral
aggression personality yang dapat ditandai dengan kesenangan berdebat dan sikap
sarkastik. Kebiasaan merokok, menggigit pensil, mengunyah permen karet,
menggunjing atau berkata – kata kotor merupakan. dampak dari ketidakpuasan
tahap oral.
2.
Tahap anal
yang berlangsung dari usia 18 bulan hingga 3 atau 4 tahun, dimana pada tahap
ini titik kenikmatan terletak pada anus. Sepanjang tahap anal, bagaimana
orangtua mengajarkan toilet training menjadi sebuah gambaran bagaimana masa
depan anak dan hal ini berkaitan dengan perkembangan kepribadian anak.
Jika ibu terlampau keras, anak akan menahan feses dan
mengalami sembelit. Ini merupakan gambaran tingkahlaku keras kepala dan kikir
atau bisa disebut anal retentiveness personality. Sebaliknya
jika ibu tidak mengajarkan toilet training maka akan muncul sifat
ketidakteraturan, destruktif, semaunya sendiri dan kejam (anal expulsiveness
personality).
Apabila ibu membimbing dengan
kasih sayang dan memuji kalau anak melakukan toilet training, anak akan
mendapat pengertian bahwa mengeluarkan feses adalah aktivitas yang penting,
gambaran dari sifat kreatif dan produktif.
3.
Tahap phallic,
alat kelamin merupakan daerah terpenting. Dan masturbasi merupakan aktivitas
yang paling nikmat. Tahap phallic berlangsung antara usia 3 sampai 5, 6, atau 7
tahun. Pada tahap phallic juga muncul Oedipus complex, yang diikuti castration
anxiety (kecemasan akan dikebiri pada anak laki-laki) dan penis envy
(kecemburuan pada penis pada anak perempuan).
Oedipus sendiri adalah kateksis
obyek seksual kepada orangtua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap
orangtua sejenis. Anak laki-laki ingin menyingkirkan ayahnya dan mendapatkan
ibunya, dan begitu juga sebaliknya.
4.
Tahap laten
berlangsung dari usia 5, 6, atau 7 tahun sampai dengan usia pubertas (sekitar
12 tahun). Pada tahap ini Freud yakin bahwa rangsangan seksual ditekan dengan
sedemikian rupa demi proses belajar. Pada tahap ini, anak mengganti kepuasan
libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya bidang atletik, intelektual,
ketrampilan dan hubungan teman sebaya.
5.
Tahap genital
dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangatlah jelas
terlihat pada diri remaja. Fase ini berlanjut hingga seseorang mati.
VII.
KONDISI
PENGUBAHAN
A. Tujuan
Tujuan konseling psikoanalisis adalah membentuk
kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi
sadar dalam diri klien (Corey, 1977, p. 38). Proses konseling dipusatkan pada
usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman
masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk
merekonstruksi kepribadian dasar. Konseling psikoanalisa menekankan dimensi
afektif dalam membuat pemahaman ketidak sadaran untuk membuat yang tidak
disadari menjadi disadari. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting,
tetapi yang lebih adalah mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan
pemahaman diri sehingga memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi
situasi yang selama ini gagal diatasinya.
B. Sikap, peran dan tugas konselor
Karakteristik konselor dalam psikoanalisa adalah
membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit saja perasaan dan
pengalaman pribadinya kepada konseli. Peran utama konselor dalam konseling ini
adalah membantu konseli dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan
pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang
realistis, serta dalam rangka memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya
yang impulsif dan irasional.
Konselor membangun hubungan kerja sama
dengan konseli dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan
menafsirkan. Konselor juga memberikan perhatian kepada resistensi konseli untuk
mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
Sementara konseli berbicara, konselor berperan
mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran-tafsiran terhadap informasi
konseli, konselor juga harus peka terhadap isyarat-isyarat non verbal dari
konseli. Salah satu fungsi utama konselor adalah mengajarkan proses arti proses
kepada konseli agar mendapatkan pemahaman terhadap masalahnya sendiri,
mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah, sehingga konseli mampu
mendaptakan kendali yang lebih rasional atas hidupnya sendiri.
C. Sikap, peran dan tugas konseli
Konseli harus bersedia terlibat dalam proses
konseling secara intensif, dan melakukan asosiasi bebas dengan mengatakan
segala sesuatu yang terlintas dalam pikirannya, karena produksi verbal konseli
merupakan esensi dari kegiatan konseling psikoanalisa. Pada kasus-kasus
tertentu konseli diminta secara khusus untuk tidak mengubah gaya hidupnya
selama proses konseling. Dalam pelaksanaan konseling psikoanalisis, klien
menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan
diri untuk membangun tingkah laku baru.
D. Situasi Hubungan
Dalam konseling psikoanalisis terdapat 3 bagian
hubungan konselor dengan klien, yaitu aliansi, transferensi, dan
kontratransferensi .
a)
Aliansi
yaitu sikap klien kepada konselor yang relatif
rasional, realistik, dan tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk terwujudnya
keberhasilan konseling).
b)
Transferensi, pengalihan
segenap pengalaman klien di masa lalunya terhadap orang-orang yang
menguasainya, yang ditujukan kepada konselor, merupakan bagian dari hubungan
yang sangat penting untuk dianalisis, membantu klien untuk mencapai pemahaman
tentang bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,
menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya
dengan masa lalunya.
c)
Kontratransferensi, Yaitu
kondisi dimana konselor mengembangkan pandangan-pandangan yang tidak selaras
dan berasal dari konflik-konfliknya sendiri. Kontratransferensi bisa terdiri
dari perasaan tidak suka, atau justru keterikatan atau keterlibatan yang
berlebihan, kondisi ini dapat menghambat kemajuan proses konseling karena
konselor akan lebih terfokus pada masalahnya sendiri. Konselor harus menyadari
perasaaannya terhadap klien dan mencegah pengaruhnya yang bisa merusak.
Konselor diharapkan untuk bersikap relatif obyektif dalam menerima kemarahan,
cinta, bujukan, kritik, dan emosi-emosi kuat lainnya dari konseli.
VIII. MEKANISME PENGUBAHAN
A.
Tahap
– tahap konseling
Secara
sistematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling
dapat diikuti berikut ini:
1.
Membina hubungan konseling yang
terjadi pada tahap awal konseling.
2.
Tahap krisis bagi klien yaitu
kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi.
3.
Tilikan terhadap masa lalu
klien terutama pada masa kanak-kanaknya.
4.
Pengembangan resistensi untuk
pemahaman diri.
5.
Pengembangan hubungan
transferensi klien dengan konselor.
6.
Melanjutkan lagi hal-hal yang
resistensi.
7.
Menutup wawancara konseling.
B.
Teknik-
teknik konseling
Ada
lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu:
a.
Asosiasi Bebas
Yaitu
klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam
pengalaman dan pemikirannya sehari-hari, sehingga klien mudah mengungkapkan
pengalaman masa lalunya.
b.
Interpretasi
Yaitu teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
Yaitu teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
c.
Analisis Mimpi
Yaitu
suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan
klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
d.
Analisis Resistensi
Analisis
resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya
resistensi.
e.
Analisis Transferensi
Konselor
mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap
neurosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama hidupnya.
IX.
KELEMAHAN
DAN KELEBIHAN PENDEKATAN PSIKONALISA
1)
Kelemahan dari pendekatan ini
adalah:
1.
Pandangan yang terlalu
determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
2.
Terlalu banyak menekankan
kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan
oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung
jawab individu berkurang.
3.
Cenderung meminimalkan
rasionalitas.
4.
Kurang efisien dari segi waktu
dan biaya
2)
Kelebihan dari pendekatan ini
adalah:
1.
Penggunaan terapi wicara
2.
Kehidupan mental individu
menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan
penderitaan manusia.
3.
Pendekatan ini dapat mengatasi
kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan
transferensi-trasnferensi.
4.
Pendekatan ini memberikan
kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah laku serta
untuk memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.
BAB
III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Dalam
proses perkembangan seorang manusia maka konflik akan selalu terjadi antara Id
dan Superego, sedangkan Ego selalu berada diantaranya. Ketiga Ego secara
spontan didorong Id memenuhi keinginan-keinginannya, maka superego akan menegur
apabila pemenuhan dorongan itu tidak tepat, bahkan akan menuduh setiap dorongan
yang arahnya kurang tepat. Ego yang akan menerima siksaan dari Superego
terhadap suatu dorongan dari Id yang tidak baik dan apabila kekuatan Superego
lebih besar, Ego bukan saja tidak melakukannya tetapi akan menutup dan
menggesernya serta menyembunyikan dorongan tadi. Konflik akan selalu muncul
dari intink-instink yang tidak terekendali dari Id dengan larangan-larangan
moralis dari Superego.
Apabila
Superego dominan maka seseorang akan mengembangkan sikap bersalah, penuh dosa
yang akan nampak dalam perilakunya yang moralis, alim dan saleh. Sehingga
segala sesuatunya diukur dengan hukum-hukum moralitas, sehingga akan terus
berkembang rasa berdosa atau bersalah pada dirinya. Sedangkan dominasi Id akan
membentuk seseorang menjadi narsistis, egois, individualistis yang hanya akan
mementingkan dirinya tanpa melihat kepentingan orang lain. Dalam keadaan Id
superior dengan Ego dan Superego lemah, maka dorongan-dorongan instink biologis
itu tidak terkendali akan membentuk orang menjadi seseorang yang egosentris dan
selalu memaksakan kehendak atau keinginannya sendiri. Sikapnya menjadi
sewenang-wenang, yang diketahuinya hanyalah bagaimana mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya dengan tidak segan-segan merugikan orang lain. Sikap
anti-sosial ini juga disebabkan ketiadaan nilai-nilai moral dalam memenuhi
keinginannya untuk memperoleh kesenangan-kesenangan pribadi. Ego akan
berhadapan dengan kecondongan-kecondongan spontan dari lapisan Id dan dari
tuntutan-tuntutan Superego. Ego harus mengambil sikap, dan apabila seseorang
memiliki Ego lemah, ia akan memenuhi setiap keinginan-keinginan spontan
hokeh lah
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusjempol 4..manteb....
BalasHapussiip lah,,,
BalasHapus